Ada banyak hal yang gue benci dalam hidup, tapi gak berdaya buat nyingkirin atau berlari dari hal itu. Misalnya : benda-benda yang gedenya gak terlalu gede.
Silakan pinjam tas gue, dan lihatlah benda-benda yang ada di sana; buku tulis kuliah, buku buat corat-coret atau gambar, dompet, ballpoint standard, pensil faber castell 2b, pensil faber castell 4b, pensil faber castell x-b (x = 1-seterusnya), penghapus, pengserut, kunci motor, kunci kostan, kunci gerbang menuju kostan, gelang murahan, charger laptop, charger usb, konektor buat ke colokan, konektor dari hp ke colokan, dan blah blah blaaah!
Silakan baca lagi benda-benda di atas...
Gue kasih waktu.
Hitung ada berapa.
Yang punyanya cuma satu; gue.
Satu orang. Tapi bendanya bejibun. Gue, yang teledor, punya banyak benda di tasnya. Silakan bertanya benda apa aja yang pernah hilang dari diri yang ceroboh ini:
1. Hati. YA. Ini bercanda. Ha ha. Ya, ketawa. Dikit juga gak apa-apa.
2. Kunci. GAK. Ini gak bercanda. Gue pernah hilang kunci kosan, lebih dari 3 kali. Itu seinget gue. Gak tau yang gak seinget. Entah kemana tuh barang. Belum lagi kunci spesies lain; kunci motor, kunci lemari, dan kunci hati. Yang terakhir juga bercanda.
3. Dompet. Gue pernah hilang dompet di minggu-minggu awal gue magang di Jakarta. Isinya dua ratus ribu. Dikit? Di zaman gue menulis ini duit dua ratus ribu masih bisa dimanfaatkan untuk membeli batagor sekitar 40x, beli aqua gelas 400 biji, dan beli barang-barang lainnya. Waktu gue SMA gue juga pernah kehilangan dompet, waktu itu juga di Jakarta saat gue keluyuran dari Cirebon menuju Bogor. Entah hilang di kereta atau dimana. Kehilangan dompet berarti juga kehilangan penghuninya; si KTP, si SIM, si kartu member di sana, si kartu member di sini, struk bekas jajan di Indomart, struk parkir bulan lalu di mall itu, KTM, kartu ATM, dan pihak-pihak bersangkutan lainnya.
4. Flashdisk. Dalam hidup gue cuma beli flashdisk sebanyak dua kali. Pertama saat flashdisk masih keren banget, waktu itu gue pede punya 128mb. Hilangnya gak tau, kasusnya gak pernah selesai. Yang kedua, saat gue kuliah. Besarnya 16gb. Lumayan gede buat transfer film dari laptop temen, atau dari laptop gue ke temen. Penyebab hilangnya juga gak diusut tuntas.
5. Jurnal. Buset, ini tulisan di mana gue menulis unek-unek, bla-bla-bla, latian nulis, bla-bla, curhat dikit, curhat banyak, marah-marah, nulis opini tentang hal remeh sampai hal gede, bla-bla-bla. Hilang! Demi tuhan ini ketelodoran yang udah akut. Semoga yang nemuin gak ngerti bahasa Indonesia, bahasa Inggris, bahasa Italia, bahasa Esperanto atau bahasa Turangga. Atau, semoga yang nemuin gak bisa baca sama sekali, terus dibuang, dibakar, hangus. Ah, tapi semoga juga yang nemuin baca di halaman pertama kalau gue kasih mantra disitu bahwa yang nemuin lalu membaca tanpa izin akan dapat karma.
6. Rokok. Kalau gue beli rokok ketengan ini suka ilang. Ralat, ternyata bukan ilang, tapi patah terus gue buang.
7. ...dan benda-benda lainnya yang sampai sekarang hilang di ingatan gue. Gak inget.
Nah jadi itulah beberapa almarhum barang gue. Gak tau sekarang nasibnya gimana. Apa mereka tenang di sana? Apa mereka kangen gue? Yakali kangen, yang ada malah ngomel-ngomel macam ibu-ibu yang ngomel sama anaknya, dan seringkali bikin gue bangun saat lagi tidur.
Gue gak ngerti, gue sakit apaan. Gimana caranya biar gue update firmware yang bisa meminimalisir bugs yang ada di diri gue ini. Gue butuh improvement. Mungkin barang-barangnya harus diiket biar gak ilang. Atau di lem? Terus gue gak bisa make. Terus percuma gue punya barang-barang itu.
Hidup gak bisa simpel apa ya? Di mana saat bangun tidur gue bisa langsung ke kampus tanpa harus naruh kunci kosan di saku depan, naruh dompet, atur buku di tas, atur pulpen, pensil dan blah-blah-blah! Hilang aja semua! Ribet bangat mau ke kampus aja birokrasinya bejibun.
Mungkin gue didesain khusus untuk jadi makhluk hutan. Enaknya gak perlu pake baju, kaus kaki kanan, kaus kaki kiri, celana dalem, boxer, dan celana panjang. Sepatu kanan, sepatu kiri. Bangun tidur gue bisa langsung gelantungan di pohon, teriak-teriak. Kalau minum gak usah nyiapin gelas, jalan ke dispenser, pencet yang biru, dekatkan gelas ke mulut, buka mulut, telan. Siap-siap kencing.
Hah, tapi gue gak akan bisa lari. Apa daya diri ini. Gak punya kuasa apa-apa. Maka dewasa itu mungkin ketika kita bisa mengatur hal-hal kecil di sekitar kita.
No comments:
Post a Comment