Pages

05 February 2013

Novel Semanis Madu



The Secret Life of Bees, novel karya Sue Monk Kidd terbitan tahun 2002 yang sudah difilmkan ini masuk dalam daftar New York Times Best Seller. Filmnya yang ditayangkan pada tahun 2008 ini diperankan diantaranya oleh Dakota Fanning dan Alicia Keys. Novel ini bersetting tahun 1960an dimana saat itu hak asasi manusia belum dirasa “manis” oleh para penduduk berkulit hitam.

Lily Owens (14 tahun) punya masa lalu yang kelam, dia punya ingatan masa kecil  bahwa dia secara tidak sengaja membunuh Ibu kandungnya sendiri saat mereka akan kabur dari rumah karena Ayah yang jahat. T.Ray sang ayah ini memang jahat dan sering menyiksa Lily secara berlebihan hanya karena masalah sepele.  Mereka berdua hidup sebagai petani buah persik di pinggiran Sylvan, South Carolina, Amerika Serikat.

Untung setelah Ibu Lily meninggal dunia, ada Rosaleen. Wanita kulit hitam yang hampir-hampir tidak mempunyai sopan santun sama sekali dan sering membuat Lily jengkel, namun sebenernya sangat menyayangi Lily dan ingin memberikan yang terbaik untuknya. Sampai suatu ketika Lily ikut Rosaleen ke kota dan nasib malang menimpa mereka. Rosaleen yang ingin mendaftar untuk voting dilecehkan oleh 3 laki-laki berkulit putih yang sangat rasis, Rosaleen yang tak terima begitu sajah akhirnya meludahi sepatu mereka. Ketiga lelaki rasis itu pun geram lalu Rosaleen di aniaya dan mereka berdua dijebloskan ke penjara.

Lily hanya punya sepotong kenangan tentang Ibunya. Dan beberapa barang yang dia temukan, salah satunya sebuah gambar Black Mary dengan tulisan tangan ibunya sendiri dibagian belakang ; “Tiburon, South Carolina”. Dia membayangkan bagaimana Ibunya dulu pernah menapakkan kaki disana.

Lily masih beruntung bisa pulang ke rumah karena T.Ray datang menjemputnya. Namun Rosaleen tetap mendekam di penjara dan T.Ray tidak bisa berbuat apa-apa, masih untung Rosaleen tetap hidup, begitu katanya. Tentu sajah Lily sangat kehilangan sosok Rosaleen dan sangat ingin menolongnya keluar dari jeruji itu bagaimanapun caranya. Apalagi setelah T.Ray lagi-lagi menyiksa Lily karena merepotkannya  dan mengatakan bahwa Ibunya tidak mencintainya dan pergi meninggalkannya. Bebaskan Rosaleen lalu kabur ke Tiburon, pikirnya. Siapa tahu dia juga bisa bertemu dengan Ibunya dan membuktikan pada T.Ray bahwa omongannya tidak benar.

Lily dan Rosaleen akhirnya berhasil kabur. Di Tiburon mereka tinggal dalam sebuah rumah berwarna merah jambu  milik 3 saudari berkulit hitam. Lily mengaku sebagai anak yatim dan tidak mempunyai sanak saudara disana sehingga dia meminta untuk tinggal sementara dirumahnya sambil bekerja dan menabung untuk menemui bibinya di Virginia. Nama penghuni rumah itu diambil dari nama-nama bulan, August yang paling tua, lalu June dan May. June sendiri tidak suka pada Lily dan Rosaleen dan ingin agar segera mereka segera pergi.

Disana Lily belajar bagaimana dia mengolah madu dan hal-hal baik yang bisa dipelajari dari para lebah. Dia pun belajar bagaimana dia seharusnya mencintai dirinya sendiri, juga mencari tahu kebenaran tentang Ibunya dan cinta. Lily juga ikut serta pada upacara Daughters of Mary yang diadakan di rumah itu dan dipimpin langsung oleh August. Bagaimana orang-orang disana menerimanya dan mengajarkan padanya tentang menerima dan mencintai apa adanya tanpa sekat. Juga perasaannya pada cowok berkulit hitam yang menurutnya sangat manis, Zach.

Cerita tidak berfokus pada Lily, tapi juga tiap karakter didalam cerita. Bagaimana June selalu menolak untuk menikahi Neil namun tidak rela kehilangannya, lalu May yang selalu bisa “tertular” perasaan sedih dari orang lain, Zach yang ingin menjadi seorang pengacara dan mengadili semua orang tanpa memandang warna kulit, dan lainnya.

Manis, kata itu kayaknya pas buat menggambarkan novel ini, yang saya beli di sebuah toko yang khusus menjual buku-buku import bekas. Saya beruntung bisa mendapatkannya dengan kondisi yang saya suka; kover masih utuh, kertas yang kecoklatan, dan bau khas buku yang “hampir tua”. Jangan baca buku ini kalau niatnya untuk tahu lebih dalam tentang diskriminasi orang kulit hitam di Amerika tahun 60an, karena hal itu sebenernya cuma jadi latar disini. Ceritanya selain manis juga gak terlalu melankolis, ada kejujuran disana tanpa harus dibumbui kesedihan secara dramatis. Mengajarkan kepada kita bagaimana kita seharusnya menjalani hidup dengan menerima dan mencintai diri sendiri dan orang-orang disekitar kita, apapun yang telah terjadi.


“ Regrets don’t help anything, you know that. ” – August.

“ Drifting off to sleep, I tought about her. How nobody is perfect.  How you just have to close your eyes and breathe out and let the puzzle of the human heart be what it is. ” – Lily Owens.

“ If you need something from somebody, always give that person a way to hand it to you. “ – August.

“ No time like the present. “  - Rosaleen.

No comments:

Post a Comment