Pages

14 February 2013

Dewasa Itu Apa?

"Sikapnya yang dewasa dong, kaya si Dada tuh!"

Didi kesal kepada Dodo yang bersikap seperti kekanak-kanakkan. Menurut Didi, seharusnya Dodo tidak banyak tingkah, tidak banyak bicara. Menurutnya, Dodo seharusnya bersifat seperti Dada yang lebih banyak diam, dan menurutnya itu sangat dewasa.

Gue sendiri gak tau apa itu definisi dari sikap yang "Dewasa". Tapi dari pengalaman hidup gue, dengan lingkungan yang ngebentuk pikiran gue, gue sempet berpikir kalau "Dewasa" itu berarti pendiam, gak banyak tingkah, berwibawa dan bla-bla-bla.

Anggap ajah Dada, Didi dan Dodo ini 3 jenis orang yang ada di dunia. Dada si pendiam, Didi yang suka mengomentari, dan Dodo yang menurut Didi tidak bersifat dewasa. Gue yakin, semua orang pasti pernah bertemu dengan orang-orang macam mereka semua. Dan mungkin semua orang bakalan setuju kalau si Dada, yang gak banyak tingkah adalah orang yang dewasa.

Pernah gak kebayang kalau semua orang di dunia ini kaya Dada? Anggaplah si Dada ini orang yang pendiam, gak banyak omong, pakaian rapih, dan dipuja-puja karena dianggap bersifat dewasa. Hidup lo jadi kaya gimana? Tentram? Damai?

Terus apa? Hambar kali bos!

Kalau semua orang kaya Dada, terus siapa yang akan menyatukan mereka bertiga?

Mungkin orang-orang lebih membenci kepada Dodo, yang banyak tingkah, sok asik dan bla-bla. Mereka memuja Dada yang pendiam, berwibawa menurut mereka. Tapi pendiam sendiri ada dua macam; pendiam karena dari sononya emang pendiam, atau pendiam karena pilihan. Orang yang pendiam karena dari sononya, anggap ajah keluarga dan lingkungan sekitar yang ngebentuk dia kaya gitu, pastinya gak butuh usaha ekstra buat jadi pendiam. Coba bandingin dengan si Dodo yang dari sononya udah dibentuk menjadi orang yang banyak gerak, banyak tingkah dan bla-bla-bla, pastinya butuh usaha lebih ekstra buat jadi pendiam.

Semua manusia dilahirkan dan hidup dengan cara yang berbeda-beda. Kita semua berangkat dari rumah yang berbeda, ibu yang berbeda, ayah yang berbeda dan genetik yang berbeda pula. Belum lagi tingkatan ekonomi yang berbeda pula. Lalu, kenapa semua orang harus sama?

Maka silahkan nanti nikmati kehidupan ini, ketika semua orang menjadi seperti Dada. Pendiam, gak banyak tingkah, berwibawa dan sifat-sifat lainnya yang seringkali dikonotasikan dengan sifat dewasa, lalu dunia ini mau jadi apaan coba? Kita semua butuh orang-orang yang menahan kegengsiannya, bersedia untuk seringkali dibenci karena sifat sok asyiknya, bersedia untuk tidak banyak dipuja-puji karena "kedewasaannya", sehingga ia akan menyatukan semua orang-orang. Kalau semua orang kaya Dada, mungkin semua orang hanya akan hidup sendiri-sendiri. Semua orang akan gengsi untuk berbicara, dan menyatukan semua orang. Pada akhirnya semua orang hanya akan hidup sendiri-sendiri; kehidupan akan basi.

Maka mungkin dewasa dan berwibawa adalah dua hal yang berbeda. Maka mungkin Dada itu bukan orang yang bersifat dewasa seperti yang orang lain kira, ia sama sekali tidak butuh usaha untuk menjadi pendiam karena secara genetis ia memang dilahirkan untuk jadi orang yang lebih menyerupai arca.

Ah kampret, ini kenapa kepikiran gini sih. Gue sendiri masih belajar buat jadi dewasa, dan sialnya gue sendiri masih mikirin definisi dewasa. Di tulisan ini sengaja gue gak pake gaya penulisan yang so-so'an di buat dewasa. Tapi kalau memang diingankan gue bisa kok nulis pake Saya, Anda, Engkau, Kau, sampai Sampeyan.

Well, yeah. Pada akhirnya sih ini cuma semacam tulisan dari pikiran yang kayaknya mubazir kalau gak ditulis yang nantinya justru bikin insomnia. Semoga gue tetep inget buat bikin tulisan tentang "Kedewasaan" ini dengan lebih terstruktur suatu saat nanti.

No comments:

Post a Comment