Dunia itu seru, justru ketika semuanya tak seperti yang kau pinta. Misalnya seperti ini: berbicara, bergestur, bahkan tertawa dan bernafas dengan cara yang baru. Meninggalkan semua yang selama ini dikira cangkang yang melindungi, tapi justru mencekangmu.
Bertemu segala hal yang baru. Berjalan tanpa alas. Jadi pusat perhatian atau jadi latar. Jumpalitan. Tertawa bersama orang yang sama sekali tak kau tahu namanya. Mendengar walaupun tak mengerti mereka bicara tentang apa. Berada di tengah-tengah keluarga baru. Tertawa bersamamu, bukan mentertawaimu. Bermandikan air sumur. Jauh dari “dulu”. Jauh dari mereka yang selama ini menginginkanmu begitu. Menjauh untuk akhirnya kembali suatu saat nanti. Kembali karena kau mau, bukan karena mereka yang mau. Sendiri karena pilihan, bukan dengan mereka yang gemar membuatmu merasa sendiri.
Tak pedulilah nanti bagaimana. Mungkin jadi pedagang asongan, tukang pijat, atau pengamen dengan gitar yang asal digenjreng. Tak tahulah nanti bertemu siapa, mungkin preman pasar, artis papan atas atau tukang servis panci. Tak tahulah nanti di depan bagaimana, mungkin sawah, samudra atau tembok besar menghadang.
Kepada mereka yang bertanya, “Nanti bagaimana?”
Bagaimana nanti, jawabku.
DIY,
Kamis 15 November 2012
No comments:
Post a Comment