Pages

13 January 2013

Beradaptasi Singkat



"Kadang, teman terbaik yang kau miliki adalah orang-orang baru yang ada di sekitarmu saat itu."

Salah satu pengalaman yang menarik dari traveling sendirian adalah, kamu dipastikan bertemu dengan orang-orang yang baru. Dan di situ, kamu dihadapkan oleh dua pilihan; pertama, kamu mau tetap diam dengan kesendirian kamu dan cukup sampai di situ, atau berlagak sok kenal hingga nantinya jadi beneran kenal dan akrab.

Saya memilih yang kedua. Hari ketiga di Yogyakarta, saya di ajak oleh host saya, Vian untuk ikut melakukan perjalanan bersama teman-temannya ke pantai Gua Cemara. Yang lalu rencananya akan dilanjutkan ke pantai Parangtritis, atau disingkat Paris oleh mereka. Namun karena satu dan lain hal, akhirnya kita menuju Kebun Buah. Sebenarnya acara ini adalah acara mereka menyiapkan diri untuk menyambut Ujian Tengah Semester atau UTS keesokan harinya.

Vian ini ternyata dikenal oleh teman-temannya punya kepemimpinan yang tinggi, ia membuat soal-soal agar teman-temannya paling tidak teringatkan kembali atas pelajaran yang telah diberikan oleh dosen sebelumnya. Jujur, saya sendiri sebenarnya sempat takut kalau-kalau saya hanya akan menjadi kambing congek. Dicuekkin dan dianggap tidak ada. Tapi karena ini perjalanan saya, dan saya pikir kalau saya hanya berpikir negatif maka percumalah perjalanan saya ini. Alhasil, sayapun membuang jauh-jauh pemikiran yang tidak membangun itu.

Saya yang memang tidak membawa kendaraan, akhirnya menjadi "supir" untuk teman yang baru saya kenal juga, Yunita. Lalu sayapun berangsur-angsur berkenalan dengan yang lainnya, yang saking banyaknya, tidak seluruhnya saya hafal namanya.

Semalam sebelum keberangkatan, saya diminta oleh Vian untuk menyiapkan kado yang nantinya akan ditukar sebelum sesi pengerjaan soal-soal yang dibuatnya. Dalam kado tersebut ada pertanyaan yang harus dijawab oleh orang yang menerima kado tersebut. Karena ada yang tidak bawa, maka saya pun tidak kebagian kado. Namun, karena isi dari kado tersebut semuanya adalah makanan, maka kitapun berbagi-bagi makanan. Setelah masing-masing dari mereka menjawab setiap pertanyaan yang mengundang gelak tawa itu, salah satunya seperti pertanyaan "when is your first kiss?", saya yang tidak mendapatkan pertanyaan akhirnya diberi permintaan tentang pendapat saya tentang mereka.

Ini adalah salah satu hari terbaik dan pengalaman yang gak akan saya lupakan. Bagaimana saya, orang yang baru mereka kenal beberapa jam (atau menit) langsung diterima apa adanya. Saya makin disadarkan bahwa dunia ini luas. Jika selama ini saya bercanda, tertawa dengan teman-teman yang itu-itu sajah dengan candaan lokalnya, maka jauh di luar sana ada orang-orang seperti kami yang juga memiliki ikatan pertemanan yang kuat dan hangat. Saya juga belajar untuk berbaur dengan orang-orang baru. Saya suka sekali prosesnya. Bagaimana perasaan takut ditolak, hingga akhirnya nekat sok kenal hingga akhirnya diterima di tengah-tengah mereka. Ini juga mengajarkan saya bahwa tantangan memiliki beragam varian. Jika selama ini tantangan selalu diidentikkan dengan mendaki gunung, menyelam samudera, maka ada tantangan dalam bentuk berbeda di mana kita harus berbaur dengan masyarakat sekitar. Memahami bahasa atau candaan mereka. Bersikap, berkata dan bahkan tertawa dengan cara yang berbeda dari apa yang biasa kita lakukan.

Dari kecil saya memiliki impian selain menjadi penulis dan keliling dunia: saya ingin berteman dengan semua orang. Siapapun itu, mulai dari presiden atau tukang sampah. Karena saya juga percaya bahwa semua orang adalah sama, tidak ada yang lebih tinggi atau lebih rendah. Semua hanya masalah sudut pandang, dan bersifat subjektif. Saya membayangkan bagaimana dunia nanti ketika semua orang sudah saya kenal. Jika saya kemana-mana saya pasti akan menyapa dan disapa oleh setiap orang. Ah dunia pasti menjadi lebih menarik!



No comments:

Post a Comment